Selasa, 14 April 2020

Peran Manusia Diminimalisir dengan Peran IT Guna Mencegah Kejadian Pembobolan Terulang Lagi

Sumber: google.com

Agar tidak terluang lagi akan adanya penggelapan uang di Bank BNI Ambon, Bank Negara Indonesia (BNI) akan mengambil beberapa cara untuk mencegah hal tersebut terulang kembali.

Salah satu caranya adalah dengan meminimalisir keterlibatan manusia dalam mengurus uang yang akan disimpan di bank baik itu kas maupun nasabah.

“Pada prinsipnya kami akan lebih dominan untuk mengurangi unsur peran manusia. Mungkin lebih banyak peran IT,” ucap Direktur Bisnis Korporasi BNI Putrama Wahyu Setyawan kepada reporter Tirto, Senin (21/10/2019) saat ditemui di Plaza Indonesia.

Pada kasus pembobolan Bank BNI Ambon tersebut dikatakan oleh Putrama, bahwa pelaku melakukan penggelapan uang senilai Rp58 miliar hanya memerlukan waktu kurun 1 bulan sebelum akhirnya tim dari BNI memeriksa adanya keganjilan dari BNI Ambon.

Belajar dari masalah yang sudah terjadi ini, Putrama menyebutkan perlu ada pencegahan yang saat ini melalui sistem berlapis masih perlu ditingkatkan.

“Kalau udah ada sistem berlapis dan aturan main, tapi satu lini sudah kompromi susah ya. Jadi perbaikan itu mengurangi, meminimalisir keterlibatan manusia dalam proses,” ucap Putrama.

Saat ditanya mengenai keterlibatan pejabat tinggi di BNI Ambon, Putrama belum mau berkomentar. Ia hanya memastikan bahwa setiap personel yang terlibat telah dilaporkan kepada polisi dan diganti untuk menjaga operasional bank berjalan.

“Untuk personel langsung ada penggantian. Jadi untuk menjamin berlangsung aktivitas operasional di cabang, oknum yang diduga terlibat dicopot dari jabatannya dan digantikan oleh pegawai lain,” ucap Putrama.

Putrama memastikan dana nasabah di BNI Ambon yang dihimpun oleh bank plat merah itu berada dalam keadaan aman terutama nominal simpanannya. Sebaliknya, penggelapan uang terjadi pada kas cabang-cabang yang disasar oleh pelaku untuk wilayah operasional Ambon.

Ia menyatakan sampai saat ini BNImasih berupaya melakukan pelacakan mengenai dana itu untuk dikembalikan. Mengenai prosesnya, ia menyatakan hal itu menjadi ranah kepolisian.

“Untuk recovery-nya tentu kami sangat berharap dari hasil pelacakan aset yang dilakukan penegak hukum itu salah satu sumber dari recovery untuk mengembalikan dana Rp58,9 miliar itu. Nanti ditelusuri,” ucap Putrama.



Sumber: Tirto.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar